Apakah Demam Berdarah Bisa Menular.? Berikut Penjelasannya

ADVERTORIAL, MUKOMUKO12048 Dilihat

Jajaran Puskesmas Air Dikit saat melakukan fogging

BERITA SEMARAK, MUKOMUKO – Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu merilis data teranyar perkembangan kasus demam berdarah atau DBD.

Kepala Dinas Kesehatan, Bustam Bustomo, SKM mengatakan, data terakhir yang ada, tercatat 344 kasus DBD. Jumlah tersebut tersebar di 15 Puskesmas dari 17 Puskesmas yang ada.

Ke 15 Puskesmas tersebut adalah, Puskesmas Air Rami 12 kasus, Ipuh 21 kasus, Retak Mudik 3 kasus, Pondok Suguh 12 kasus, Bantal 17 kasus, Bukit Mulya 48 kasus, Penarik 33 kasus, Selagan Raya 6 kasus, Dusun Baru 44 kasus, Mukomuko 48 kasus, Lubuk Sanai 66 kasus, Lubuk Pinang 6 kasus, Air Manjunto 17 kasus, dan Puskesmas Lalang Luas 10 kasus.

BACA JUGA : DPRD Kabupaten Mukomuko Minta Dinkes Lakukan Pengasapan

“Data terakhir ada 344 kasus. Tertinggi di wilayah puskesmas Lubuk Sanai, sedangkan wilayah Puskesmas Teras Terunjam dan Tunggal Jaya nihil,” Kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Kamis (16/05/2024) di ruang kerjanya.

Melonjaknya jumlah kasus DBD, Pemerintah Kabupaten Mukomuko telah ditetapkan status kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah. Ini berdasarkan tingginya kasus DBD dalam kurun waktu 5 bulan terakhir.

Dinas Kesehatan juga telah menginstruksikan kepada jajaran puskesmas yang ada di Kabupaten Mukomuko untuk melakukan gerakan melawan DBD dengan memutus mata rantai perkembangan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

BACA JUGA : Anggota DPRD Mukomuko Soroti Perkembangan Bumdes

Kepala Dinas Kesehatan juga mengingat masyarakat untuk memahami gejala demam berdarah. Kata dia, tahap awal demam berdarah sulit dibedakan dengan demam pada penyakit atau flu biasa.

“Bagi yang awam, gejala awal DBD ini memang sulit dibedakan dengan demam biasa seperti demam karena flu. Yang jelas, di badan orang yang terkena DBD adalah muncul bintik bintik kemerahan. Umumnya, ruam merah yang menjadi gejala awal demam berdarah akan mulai terlihat antara 2 sampai 5 hari setelah kamu merasakan gejala demam untuk pertama kali, “terang Kepala Dinas Kesehatan.

Setelah itu, sambung Kadis Kesehatan Kabupaten Mukomuko, penderita akan mengalami nyeri sendi, nyeri otot, nyeri pada area belakang bola mata dan manifestasi perdarahan (kulit, mukosa, pencernaan).

BACA JUGA : Aminkan BD 1, Bupati Mukomuko Akan Fokus Membangun Mukomuko

“Jika seseorang menemukan gejala tersebut, maka harus segera mendapat penanganan medis, sebab fase kritis DBD dapat terjadi 3 sampai 7 hari sejak demam dan berlangsung selama 24 hingga 48 jam,” ujarnya.

Lebih jauh Kepala Dinas Kesehatan menjelaskan, DBD disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk lalu ditularkan ke manusia.

Demam berdarah, ujar Kadis, merupakan salah satu penyakit berbahaya yang akan mengancam nyawa bila tidak segera ditangani.

Kendati demikian, Ia menegaskan, DBD dapat di cegah sejak awal terlebih saat memasuki musim penghujan.

BACA JUGA : Bupati Mukomuko Pastikan Bangun Jalan yang Sudah 4 Dekade Lebih Tak Tersentuh Pembangunan

“Cara mencegah (DBD) diantaranya adalah sebelum musim hujan masyarakat bisa menata lingkungan dengan mengatasi adanya kemungkinan genangan air saat hujan. Sebab, genangan air (hujan) dapat mengundang penyakit dan perkembangan nyamuk penyebab DBD,” kata Kepala Dinas Kesehatan.

Tidak hanya itu, saat tidur atau istirahat, masyarakat dianjurkan menggunakan kelambu. Kemudian, menerapkan program 3M yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang.

Terpisah, Kepala UPTD Puskesmas Air Rami, dr. Lusy kepada beritasemarak.com mengatakan, DBD merupakan infeksi virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Kata dia, nyamuk menularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk.

BACA JUGA : Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah

“Jenis nyamuk yang membawa virus ini adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini menularkan melalui gigitan yang umumnya terjadi pagi dan sore hari. Iya, terhadap siapa pun, baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua,” terang dr Lusy, Jum’at (17/05/2024) di ruang kerjanya.

Lusy meyakini, masyarakat telah mamahami tentang penularan nyamuk DBD yakni melalui gigitan. Namun demikian, ia mengajak warga untuk tetap memutus mata rantai penyebaran nyamuk tersebut.

“Masyarakat ini kan rata-rata sudah banyak mengetahui tentang penyebaran nyamuk DBD, yakni melalui nyamuk. Dengan modal pengetahuan tersebut kita mengajak masyarakat untuk memutus mata rantai penularan. Dengan apa.? Dengan membasmi nyamuk, sebagai vektor penularannya,” terang dr Lusy.

BACA JUGA : Dukung Bupati Mukomuko, LIRA Sebut Pembangunan Tidak Merata

“Jadi 3M plus itu yang harus bener-bener kita lakukan secara berulang dan berkali-kali,” imbuhnya.

Kepala UPTD Puskesmas Air Rami menyampaikan, saat ini, masih ada anggapan masyarakat jika suatu wilayah telah di lakukan fogging, permasalahan DBD selesai.

“Perlu sama-sama diketahui, fogging bukan satu – satunya cara mengatasi DBD. Seperti anggapan kalau sudah kita fogging, DBD selesai atau teratasi. Nggak, nggak begitu konsepnya. Fogging yang dimaksud hanya membunuh nyamuk dewasa yang terbang. Sedangkan telurnya, akan menetas kembali beberapa hari kemudian dan bisa menyambung kembali mata rantai penularan. Siklusnya terus berulang-ulang,” jelasnya.

BACA JUGA : DPRD Mukomuko Minta, Satpol PP Tegakan Perda Hewan Ternak

BACA JUGA : Dinas Pertanian Mukomuko Ungkap Syarat Masuk Program Replanting, Ini Syaratnya

“Jadi, langkah pasti sebenarnya adalah dari kesadaran masing-masing. Masyarakat harus sadar pentingnya hidup bersih sehat. Bagaimana hidup sehat.? Diantaranya kita bersihkan lingkungan sekitar. Ya bisa dengan menutup penampungan air, membersihkan selokan, bakar/kubur sampah. Jika ada keluhan tetap berobat ke faskes terdekat. (ADV /KOMINFO).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *